Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan sudah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.
Cara ini kadang membosankan, maka dalam pelaksanaan membutuhkan keterampilan tertentu agar dapat menarik perhatian siswa.
Namun kita masih mengakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu persoalan tertentu.
Keunggulan metode ceramah :
Suasana kelas berjalan dengan kondisi tenang karena siswa melaksanakan aktifitas yang sama jadi guru dapat mengawasi peserta didik sekaligus secara komprehensif;
Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang cukup singkat siswa dapat menerima pelajaran sekaligus bersama;
Pelajaran bisa dilakukan dengan cepat karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak;
Melatih siswa untuk menggunakan pendengaran dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
Kekurangan metode ceramah :
Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru);
Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa sudah menguasai bahan;
Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru;
Siswa kurang menangkap apa yang dimaksud guru, jika ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh peserta didikan dan akhirnya mengarah verbalisme.
Langkah-langkah persiapan yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode ceramah adalah sebagai berikut :
Langkah Persiapan
Persiapan yang dimaksud di sini adalah menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran. Selain itu, guru memperbanyak bahan apersepsi untuk membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan.
Langkah Penyajian
Pada tahap ini guru akan menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah.
Langkah Generalisasi
Dalam hal ini unsur yang sama dan berlainan dihimpun untuk mendapatkan kesimpulan kesimpulan tentang pokok-pokok masalah.
Langkah Aplikasi Penggunaan
Pada langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu.
Agar diketahui juga bahwa untuk memakai metode ceramah secara murni itu tidaklah mudah, maka dalam pelaksanaannya perlu untuk menggabungkan dengan teknik-teknik penyajian lain sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan intensif.
Metode ini dapat digunakan dalam hal-hal sebagai berikut :
Bahan pelajaran yang akan disampaikan cukup banyak sementara waktu yang tersedia sangat terbatas.
Guru seorang pembicara yang baik yang memikat dan antusias.
Guru akan merangkum pokok pelajaran yang sudah dipelajari sehingga siswa diharapkan dapat memahami dan mengerti secara keseluruhan.
Guru memperkenalkan pokok pelajaran yang baru dan menghubungkannya terhadap pelajaran yang telah lalu (asosiasi).
Jumlah siswa terlalu banyak sehingga sulit disampaikan melalui metode selain ini.
Situasi pembelajaran dibagi menjadi dua kelompok yang berseberangan (pro dan kontra). Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kelebihan Metode Debat
Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Kekurangan Metode Debat
Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
Saling adu argumen yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
Siswa yang pandai berargumen akan selalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok.
Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis konsep/ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan ide yang diharapkan.
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Adapun aspek-aspek debat adalah :
Tema
Tema adalah suatu hal yang merupakan masalah atau persoalan yang akan dibahas dan dikembangkan dalam debat. Tema menjadi pokok pembicaraan dan hampir selalu melekat dan menjiwai seluruh proses debat. Tema debat yang menarik perhatian akan mendatangkan minat dan hasrat untuk mengetahui isi tema lebih lanjut. Jika isi tema telah atau sudah diketahui secara keseluruhan maka akan diambil suatu keputusan kemudian tergerak untuk melakukan tindakan nyata sebagai wujud dari hasil pengambilan keputusan.
Moderator
Moderator adalah orang yang memimpin jalannya debat. sebagai pemimpin, moderator bertindak memandu, menengahi pembicaraan dalam debat. Menjadi moderator dalam suatu debat sebenarnya tugas yang amat berat, yakni memimpin dan mengarahkan jalannya keseluruhan proses debat.
Peserta
Peserta adalah orang yang mengambil peran dan terlibat langsung untuk menyumbangkan gagasan dalam sebuah debat. peserta debat bisa terdiri dari perseorangan atau kelompok. Terdapat sejumlah faktor yang harus diketahui dan dimiliki oleh peserta debat selaku pembicara atau komunikator, antara lain sebagai berikut :
Ethos
Yang dimaksud ethos dalam komunikasi adalah hal-hal dasar yang dimiliki oleh seorang pembicara sehingga dia dapat menjadi sumber kepercayaan bagi para pendengarnya. Kepercayaan tersebut akan timbul berdasarkan karakter yang dimiliki oleh pembicara.
Ponthos
Adalah kemampuan berbicara dalam menyampaikan himbauan emosional yang menyentuh perasaan para pendengarnya, misalnya melalui pemilihan kata dan kalimat yang tepat, intonasi nada yang bervariasi dan lain sebagainya. Sehingga baik secara sadar maupun tidak sadar telah menjadikan para pendengarnya berada di pihak pembicara.
Logos
Merupakan kemampuan pembicara untuk menyampaikan himbuan logis dalam suatu usul berdasarkan hasil pemikiran yang konstruktif dan mantap sehingga di luar pemikiran pembicara tersebut dapat dicerna dan diikuti oleh pendengar.
Pendengar
Pendengar Debat dapat saja dihadiri oleh para pendengar dari berbagai kalangan, para pendengar dituntut untuk memperhatikan jalannya perdebatan secara aktif, karena pada akhir debat para pendengar biasanya di minta untuk menyampaikan opini atau pemberian suara terhadap hasil debat. Oleh karena itu, pendengar harus dapat mengembangkan dirinya agar menjadi pendengar yang baik.
Berikut ini adalah rangkaian seni mendengar, antara lain adalah:
Keadaan fisik dan mental harus netral tidak ada tekanan.
Mengembangkan rasa ingin tau dan kesediaan untuk mendengarkan.
Memperhatikan sikap pembicara.
Memperhatikan cara penggunaan bahasa pembicara.
Memberikan penilaian atas jalan pikiran pembicara, argumentasi dan jalan pemecahan yang diajukan yang pembicara serta fakta-fakta pendukungnya.
Membandingkan persamaan atau perbedaan antara hasil analisis yang dikemukakan oleh pembicara dengan pengetahuan yang dimiliki.
Waktu
Pihak penyelenggara harus merancang alokasi waktu debat sesuai dengan kebutuhan, para peserta harus diberi kesempatan secukupnya untuk memaparkan usul mereka secara jelas. Hendaknya penjabaran alokasi waktu dijabarkan kepada peserta debat terlebih dahulu sebelum debat dimulai.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000)
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa ke-lebihan, di antaranya:
Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
Lakukan uji coba demonstrasi.
Tahap Pelaksanaan
Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat ha-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
Langkah pelaksanaan demonstrasi
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
Manfaat psikologis pedadogis dari metode demonstrasi adalah:
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Darajat, 1985)
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001:179) sebagai berikut:
Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Pengetahuan bertahan lama dan mudah dingat;
Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya;
Secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Kelemahannya,
Membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
Identifikasi kebutuhan siswa;
Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan
Seleksi bahan, problem/ tugas-tugas;
Membantu dan memperjelas tugas/problem yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:
Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan mengeneralisasi pengetahuan;
Berpusat pada siswa;
Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Penyebab Metode Discovery banyak digunakan di sekolah maju:
Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif,
Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa,
Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betuk-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problem yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dan diskusi tidak sama dengan berdebat, diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
Sedangkan menurut Muhibbin, 1999, metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat kaitannya dengan belajar memecahkan masalah atau problem solving. Metode ini lazim disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi bersama. Metode diskusi sendiri dimaksudkan merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan.
Keunggulan Metode Diskusi :
Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang. Hal itu dapat diketahui karena konsentrasi siswa akan terfokus kepada masalah yang sudah didiskusikan. Sehingga partisipasi siswa dalam metode ini sangat dituntut pertanyaannya;
Memberikan pelajaran bersikap toleran, kritis, dan berfikir sistematis kepada siswa.
Kesimpulan kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah diingat siswa. Hal itu disebabkan karena siswa mengikuti alur berfikir diskusi;
Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika bermusyawarah.
Kelemahan Metode Diskusi
Jalannya diskusi akan kerap kali didominasi oleh siswa yang pandai. sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi;
Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana;
Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.
Pada dasarnya metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
Mendorong siswa berfikir kritis;
Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas;
Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama;
Mengambil satu alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama;
Membiasakan peserta didik suka mendengarkan pendapat orang lain sekalipun yang berbeda dengan pendapatnya sendiri;
Membiasakan bersikap toleran.
Jenis-jenis Diskusi
Agar dapat melaksanakan diskusi di kelas, sebaiknya seorang guru terlebih dahulu untuk mengetahui jenis jenis diskusi,
sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan jenis diskusi yang akan digunakan. Jika ditinjau dari sudut
formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:
Diskusi Formal
Diskusi ini terdapat pada lembaga lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal. Contohnya Sidang DPR. Jumlah peserta siswa yang menjadi peserta pun umumnya lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh siswa kelas. Ekspresi spontan dari peserta biasanya dilarang karena tiap peserta yang hendak berbicara mesti dengan izin moderator untuk menjamin ketertiban lalu lintas diskusi.
Diskusi Informal
Aturan dalam diskusi informal lebih longgar daripada yang dipakai dalam diskusi diskusi lainnya karena sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya biasanya dalam diskusi keluarga, dan dalam belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok kelompok belajar dimana satu sama lain berhadap-hadapan.
Diskusi panel
Dalam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu peserta aktif dan non aktif. Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki wakil wakil yang ditugasi berbicara atas nama kelompoknya.
Diskusi dalam bentuk Symposium
Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja diskusi symposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih. Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya terkait topik yang sama tersebut. dan diskusi symposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.
Lecture Discussion
Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya satu persoalan saja.
Sedangkan jika ditinjau dari segi pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode ini terbagi dua yaitu :
Pola diskusi terpusat pada guru;
Pola diskusi terpusat pada siswa.
Masing-masing mempunyai ciri khas sendiri, tetapi tidak mengurangi kontribusi aktif para siswa peserta.
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran;
Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat;
Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut
Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak;
Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang;
Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan;
Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan;
Biayanya cukup mahal;
Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan;
Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu;
Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Menurut Roestiyah (2001:85) teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, atau pun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Metode latihan adalah cara yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Dewasa ini aktifitas guru yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran juga sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas.
Tentang pengertian metode latihan adalah latihan siap sangat sesuai untuk melatih keterampilan fisik maupun mental dan menurut pendapat Syaiful Sagala dan Subana.
Metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan kebiasaan tertentu. Latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
Kelebihan Metode Latihan Keterampilan :
Murid dapat mendapatkan kecakapan motorik dan keterampilan lainnya, contohnya melafalkan huruf, menulis dan membuat serta menggunakan sesuatu;
Peserta didik dapat memperoleh kecakapan mental, diantaranya penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tanda tanda simbol dan olahrasa;
Dapat membentuk kebiasaan, meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam melakukan suatu hal.
Kelemahan Metode Latihan Keterampilan :
Bisa mengurangi inisiatif dan menghambat bakat anak didik karena mereka digiring jauh dari pengertian dan diperlakukan agar beradaptasi pada suatu;
Menimbulkan penyesuaian statis terhadap lingkungan;
Kegiatannya bersifat monoton dan bisa bikin bosan murid. Aktivitasnya monoton dan membuat bosan anak didik;
Dapat menyebabkan verbalisme.
Sebelum itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan teknik latihan:
Sifat latihan berbeda dengan latihan sebelumnya, karena situasi dan pengaruh latihan yang berbeda. Hal itu mendatangkan kondisi respon serta tanggapan yang berbeda;
Penilaian latihan dengan keseluruhan pelajaran di sekolah perlu dikaitkan agar siswa ada dorongan untuk mengetahui tujuan latihan serta kaitannya dengan pelajaran sehingga dapat memanfaatkannya dalam kehidupan.
Sudjana dan Syaiful Sagala mengatakan penilaian pada umumnya digunakan untuk memperoleh keterangan suatu keterampilan dari apa yang sudah dipelajari dan sebagai sarana untuk membantu siswa menguasai keterampilan secara tepat dalam perilaku yang cepat dan otomatik.
Metode latihan berhubungan dengan pembentukan kemahiran motoris atau fisik ataukah kemahiran yang bersifat penyesuaian seperti kemahiran dalam penyelesaian diri terhadap suatu situasi.
Agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, guru harus memperhatikan dari pihak anak didik, yaitu mereka memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajarinya, pelaksanaan metode latihan harus tetap diusahakan mengembangkan minat dan meningkatkan anak didik.
Team teaching (collaborative teaching) merupakan pengajaran beregu/kelompok yang beranggotakan dua orang guru atau lebih yang bekerja sama untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran bagi kelompok peserta didik yang sama. Sesuai yang dijelaskan oleh Martiningsih (2007) bahwa Metode pembelajaran team teaching adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
Sedangkan definisi Team Teaching menurut Ahmadi dan Prasetya, bahwa Team Teaching (pengajaran beregu) adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Team teaching adalah sekelompok fasilitator yang bekerja sama untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pembelajaran, dimana tim dapat berlangsung apabila kerja sama tim antara dua pendidik yang berkualifikasi sama.
Metode pembelajaran team teaching akan melibatkan lebih dari satu fasilitator dalam proses pembelajaran suatu kelas. Dari proses yang dikerjakan bersama ini, fasilitator bisa menilai apa saja kekurangan yang harus diperbaiki berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah terlaksana. Dalam kebersamaan ini mereka membuat perencanaan pembelajaran, bersama-sama menyajikan materi, dan bersama-sama pula melakukan evaluasi, remedial dan pengayaan. Kerja sama dilakukan dengan membagi tanggung jawab dan peran yang jelas dalam mencapai tujuan yang lebih baik daripada pembelajaran yang ditangani sendiri.
Selain itu team teaching menawarkan keunggulan intelektual dan proses pembelajaran orang dewasa (pedagogy). Metode ini dapat membantu menciptakan terciptanya lingkungan belajar yang dinamis dan interaktif, menyediakan tempat bagi fasilitator untuk menciptakan model pembelajaran yang menarik serta menginspirasi munculnya ide-ide baru untuk berbagai materi. Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi panel.
Maka melihat konsep mendasar dari team teaching, maka metode ini dapat dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan. Mulai dari Taman Kanak kanak (TK), SD, SMP, SMA, atau pada jenjang Perguruan Tinggi. Metode ini mulai dikembangkan dengan dasar pikir bahwa pengajaran sebuah mata pelajaran dengan banyak guru akan lebih efektif dibandingkan dengan seorang guru saja.
Demikian yang dipaparkan oleh Barbara Leigh Smith, bahwa team teaching adalah sebuah upaya untuk lebih memberi kesempatan para anak didik dalam mendapatkan perhatian yang cukup dari guru yang mengajar. Dengan pengertian diatas, maka tujuan dari pelaksanaan team teaching adalah mengajar dengan lebih maksimal kepada anak didik. Hal ini sangat mungkin karena pelaksanaan metode ini adalah dengan dua orang pengajar atau lebih.
Keunggulan pembelajaran Team Teaching dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut pembelajaran. Keunggulan dari penerapan Team Teaching diantaranya adalah sebagai berikut :
Team Teaching, diharapkan dapat membangun budaya kemitraan yang positif diantara guru sehingga terjalin kerja sama (kolaborasi) dalam meningkatkan proses pembelajaran yang lebih baik.
Team Teaching dapat lebih mematangkan kegiatan perencanaan dan persiapan mengajar. Dua orang guru atau lebih bisa saling berdiskusi untuk menyusun perencanaan pembelajaran, sehingga dapat mengantisipasi berbagai kendala dalam pelaksanaan pembelajaran.
Team Teaching dapat menjamin pengawasan pembelajaran secara efektif. Dengan melibatkan lebih dari satu orang guru di dalam satu kelas, maka masing-masing siswa bisa mendapatkan perhatian yang cukup dalam memahami pelajaran yang diberikan. Hal ini membuat guru semakin peka terhadap situasi-situasi faktual di kelas.
Team Teaching dapat menjalin komunikasi yang intensif antar guru. Apabila team-teaching ini terdiri guru senior dan pemula, maka guru yang berpengalaman (senior) dapat membagi pengalamannya kepada guru pemula dan masing-masing juga saling melengkapi kekurangannya. Sehingga team-teaching ini secara tidak langsung bisa menjadi sarana pelatihan dan bimbingan bagi guru pemula yang baru dalam menjalankan tugasnya.
Team Teaching dapat menjadi alternatif untuk memenuhi beban mengajar 24 jam dalam satu minggu.
Peningkatan kerjasama antar guru yang berdampak terhadap keefektifan kerjasama.Yang dalam tugasnya nanti, sebuah kelompok guru akan menjadi semakin solid dan menyatu, dalam melakukan proses mengajar terhadap siswa.
Meminimalisir kesalahan. Metode team teaching adalah proses belajar yang didalamnya terdapat beberapa guru ( lebih dari satu guru ), maka bila satu guru melakukan kesalahan atau terdapat hal yang kurang dalam penyampaian materi maka guru yang lain dapat meluruskan dan menambah materi yang kurang tersebut, dengan begitu kesalahan dapat diminimalisir.
Team Teaching memberikan keuntungan bagi para guru mengenai bagaimana agar mereka mampu untuk mengubah teknik pengajaran sehingga para guru dapat meningkatkan teknik mengajarnya.(Wardani, 2001)
Kelemahan Metode Team Teaching :
Bila tidak ada kerjasama yang baik, kurang ada toleransi, apalagi bila ada anggota regu yang cenderung kerja sendiri maka pembelajaran tidak akan maksimal.
Pengetahuan guru dalam satu regu tidak merata.
Butuh waktu yang lebih lama untuk menyiapkan pembelajaran, karena harus menyiapkan kerjasama yang baik terlebih dahulu.
Perbedaan cara mengajar antara guru satu dan yang lain, akan menyulitkan siswa untuk menerima materi dengan baik.
Metode ini menuntut perlengkapan personil pengajar yang lengkap, alat bantu pelajaran yang sempurna, ruang-ruangan yang dapat menampung jumlah besar siswa maupun ruang-ruangan kecil untuk diskusi kelompok dan pengerjaan tugas perorangan.
Tahap Awal
Perencanaan Pembelajaran Disusun secara Bersama
Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru yang tergabung dalam Team Teaching. Agar setiap guru yang tergabung dalam team teaching memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian hasil evaluasi siswa.
Metode Pembelajaran Disusun Bersama
Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team, metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran.
Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran
Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus sama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru.
Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas
Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.
Tahap Inti
Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai pengawas dan pembantu team.
Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran yang ada.
Tahap Evaluasi
Evaluasi Guru
Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa.
Evaluasi Siswa
Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Team Teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus membuat soa-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya.
Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Semakin berkembangnya kurikulum pengajaran, menuntut guru untuk semakin kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Berbagai tuntutan yang ditujukan kepada guru pun semakin kompleks, diantaranya ialah guru dituntut untuk mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, guru harus kreatif mendesain strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta guru pun dituntut untuk mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Berbagai hal yang harus dipenuhi guru tersebut, tentu merupakan hal yang sulit jika semua itu dilakukan seorang diri, untuk itu membutuhkan partner agar semua hal tersebut dapat dilakukan secara maksimal. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi Team Teaching dalam melaksanakan proses pembelajaran. Team Teaching merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian tugasnya secara jelas. Dilihat dari jenisnya, strategi Team Teaching ada dua jenis, yaitu semi Team Teaching dan Team Teaching penuh. Dalam strategi Team Teaching, seluruh aktivitas proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi dilakukan secara bersama oleh guru Team Teaching. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip kerja sama.
Saran
Bagi pihak sekolah, hendaknya kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dalam Proses Belajar Mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan hasil yang dicapai oleh siswa pun relatif baik. Dan bagi sekolah-sekolah yang sudah menggunakan strategi Team Teaching dalam proses pembelajaran, pelaksanaan Team Teaching harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam sistem pembelajaran.
Manfaat Pembelajaran Team Teaching
Banyak keluhan guru yang menghadapi siswa terlalu banyak dalam kelas dan kelebihan guru sehingga tidak mendapatkan tugas 24 jam. Secara teknis kedua masalah terjawab dengan melaksanakan team teaching. Pekerjaan yang dilakukan sendiri-sendiri dengan pekerjaan yang dilakukan bersama-sama dalam satu tim secara teori harus jauh lebih baik dalam bentuk tim yang menghasilkan keuntungan lebih banyak. Oleh karena itu, harapan yang lebih tinggi digantungkan pada team teaching seharusnya lebih tinggi, tim bekerja kompak dan terorganisir.
Jika team teaching dilakukan dengan baik, peserta memperoleh manfaat antara lain :
Informasi yang lebih lengkap
Setiap fasilitator memiliki informasi dan pengalaman yang berbeda, maka melalui metode ini peserta akan lebih banyak mendapatkan informasi dan pengalaman itu karena para fasilitator akan membahas permasalahan dari beberapa sudut pandang yang berbeda.
Pembimbingan yang lebih intensif
Salah satu hasil yang diharapkan dari sebuah pembelajaran adalah meningkatnya keterampilan. Melalui metode ini peserta akan dibimbing secara lebih intensif karena adanya pembagian fasilitator dalam satu kelas. Dengan bimbingan yang lebih intensif, maka masalah individu akan lebih terdeteksi.
Kejenuhan bisa dikurangi
Jumlah fasilitator lebih dari satu akan memberikan warna yang berbeda pada sebuah proses pembelajaran. Masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri dalam penyampaian materi. Satu yang lebih menguasai materi digabung dengan lainnya yang lebih jago dalam menghidupkan suasana kelas. Oleh karena itu, dengan penggabungan beberapa orang dalam satu kelas akan mengurangi kejenuhan.
Meningkatkan intensitas pemberian materi
Melalui metode team teaching fasilitator akan mendapatkan banyak kesempatan untuk memberikan materi. Hal ini akan meningkatkan intensitas mengajarnya sehingga akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan pengayaan dari setiap proses mengajar. Dengan semakin meningkatnya pengalaman maka akan meningkat pula kompetensinya dalam melakukan kegiatan pengajaran.
Memperkaya konsep dan pemahaman fasilitator
Bagi fasilitator yang sering bekerja sendiri, team teaching akan menyediakan lingkungan untuk mengatasi rasa terisolasi karena bekerja sendiri. Dengan bekerja dalam tim, maka fasilitator akan mendapatkan metode baru, masukan, maupun kritikan yang bersifat membangun dari fasilitator lain. Ini akan memperkaya konsep serta ide dan memberikan pemahaman lebih baik bagi fasilitator untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Sebagai alternatif bagi fasilitator yang merasa kelelahan
Ketika seorang fasilitator sudah kelelahan maka apa yang disampaikan akan menjadi tidak maksimal. Mereka menjadi kurang fokus dan kurang dinamis sehingga mengakibatkan penyampaian materi menjadi kurang menarik. Pendekatan yang dilakukan dalam team teaching adalah menggabungkan dua atau lebih kualifikasi yang dimiliki dan mengolahnya menjadi sebuah materi yang akan disampaikan kepada peserta. Karena perencanaan materi sudah dilakukan secara bersama, ketika salah seorang merasa kelelahan maka akan dengan mudah digantikan atau dilanjutkan oleh anggota lain. Dilanjutkan di sini tidak berarti fasilitator yang kelelahan tadi meninggalkan kelas. Dia akan tetap memantau proses belajar untuk saling melengkapi sehingga proses belajar diharapkan akan tetap menarik sepanjang hari.
Sebagai media saling belajar antar fasilitator
Setiap fasilitator mempunyai kelebihan yang bisa dijadikan tempat belajar fasilitator lain. Seorang fasilitator yang kurang menguasai materi akan mendapatkan materi lebih dari mereka yang lebih ahli. Sebaliknya fasilitator yang hanya menguasai materi tetapi kurang mampu dalam hal menghidupkan suasana kelas juga akan belajar dari yang lain. Dengan demikian proses belajar tidak hanya akan dilakukan oleh peserta, tetapi juga oleh fasilitator.
Jenis dari strategi Pembelajaran Metode Team Teaching menurut Soewalni (2007) yaitu:
Semi team teaching, terdiri atas tiga tipe yakni
Sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati bersama.
Satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing.
Satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok.
Team teaching penuh
Yaitu metode pembelajaran dimana satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran mata pelajaran (materi tertentu). Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilaksanakan secara bersama-sama dan sepakat dengan baik. Kata kunci Pembelajaran Metode Team Teaching penuh adalah keikhlasan bekerja sama dengan berpegang pada Visi dan Misi yang sama.
Adapun variasi pembelajaran team teaching penuh, yaitu :
Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, seorang guru membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual.
Anggota tim secara bergantian menyajikan topik atau materi. Diskusi atau tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim.
Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktek dan informasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipandu seorang guru (tutor, fasilitator, mediator). Akhir pembelajaran masing-masing kelompok menyajikan laporan baik dalam bentuk lisan ataupun dalam bentuk tertulis dan ditanggapi bersama serta disimpulkan bersama.
Namun, dari beberapa bentuk atau jenis (tipe) Pembelajaran Team Teaching yang dikemukakan di atas, kecenderungan lebih condong ke jenis Team Teaching penuh karena disana lebih terlihat nyata kelebihan strategi Pembelajaran Metode Team Teaching-nya. Guru yang mengajar lebih dari satu orang, mereka mengajar di kelas yang sama dengan materi yang sama dan pada waktu yang sama, serta setiap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya pun dilakukan atas kesepakatan bersama.
Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembentukan team dalam sebuah pelaksanaan tugas, bahwa segala sesuatunya yang berkaitan dengan misi pencapaian tujuan dilakukan secara bersama-sama, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan, termasuk sistem pelaksanaan remedial (perbaikan) dan pengayaan sebaiknya dijalankan juga secara bersama-sama sesuai kesepakatan team sehingga kesolidan team dapat terbangun dengan utuh.
Jadi prinsipnya Team Teaching dapat berhasil jika betul betul dilaksanakan secara bersama-sama dari semua rangkaian kegiatan dan dilandasi dengan niat ikhlas dan bertanggung gugat sehingga didalamnya terbangun pembelajaran yang saling menguntungkan, baik pihak pendidik maupun pihak anak didik. Kata kunci dalam strategi Pembelajaran Metode Team Teaching adalah kerjasama.
Pembelajaran model peer teaching adalah metode belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Jadi disini satu siswa akan mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Ada ujaran yang menyebutkan bahwa "orang tua dua puluh tahun yang akan datang adalah pemuda pada masa kini Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistematis, untuk mentransmisikan pengetahuan dalam arti luas (sikap, moral dan nila-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dl.) dari suatu generasi ke generasi lain, bertujuan ingin mencapai perubahan sikap dan perilaku tertentu.
Keunggulan Metode Peer Teaching
Meningkatkan motivasi belajar siswa;
Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran;
Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran;
Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi;
Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok;
Meningkatkan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri;
Membangun semangat bekerja sama;
Melatih keterampilan berkomunikasi;
Meningkatkan hasil belajar.
Kelemahan Metode Peer Teaching
Memerlukan waktu yang relatif lama;
Jika siswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak efektif;
Kemungkinan didominasi oleh siswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin; menonjolkan diri;
Tidak semua guru benar-benar memahami cara masing-masing siswa bekerja di kelompok
Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada siswa SD (teknik ini biasanya diterapkan di PT);
Memerlukan perhatian guru yang ekstra ketat.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Peer Teaching :
Cara pertama dalam menggunakan strategi ini yaitu, setelah melakukan apersepsi atau memberi salam dan melakukan pra test terhadap materi minggu lalu, guru juga menghubungkan materi minggu lalu dengan topik yang akan dibahas pada waktu itu. Kemudian guru menerangkan secara umum tentang topik yang dibahas pada waktu itu. Kemudian guru membuat kelompok antar siswa secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya;
Langkah berikutnya adalah menjelaskan secara detil materi yang akan dibahas pada waktu itu meliputi indicator yang harus dicapai oleh siswa pada waktu itu. Selanjutnya siswa diberikan lembaran berisi tugas berupa pertanyaan untuk didiskusikan menurut pengetahuan yang mereka kuasai;
Dalam lembaran tersebut setiap kelompok diminta untuk memberikan pendapat menurut persepsi mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai permasalahan yang diindikasikan terpecahkan. Dalam diskusi tersebut di tuntut setiap anggota kelompok memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu kesimpulan yang mengerucut pada tujuan yang hendak dicapai dalam materi tersebut. Peran guru disini adalah mengawasi serta mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan setiap kelompok siswa, serta memberikan bantuan bila mereka mendapatkan kesulitan dalam ha-hal tertentu, namun bukan berarti guru harus ikut memecahkan masalah tersebut. Mengenai pemecahan masalah tersebut, setiap kelompok siswa harus memikirkannya sendiri dan tidak keluar dari batasan materi yang diberikan pada waktu itu. Bila ada yang menyimpang dari koridor, maka guru harus mengembalikan perdebatan mereka ke materi semula;
Bila masing-masing setiap kelompok telah selesai melaksanakan semua instruksi yang ada dalam lembaran kerja tersebut, maka setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya diserahkan ke guru dalam bentuk lembaran yang ditulis rapi;
Selanjutnya guru memerintah kan setiap kelompok satu per satu membacakan hasil diskusinya. Hasil diskusi yang dibacakan di depan kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut serta memberikan pendapat atau sanggahan kepada kelompok tersebut. Setiap masalah baru yang muncul, dicatat guru;
Terakhir, semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut diberikan solusinya oleh guru. Dan guru mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan pemecahannya kepada seluruh anggota kelas. Sehingga terdapat satu pemahaman yang seragam bagi setiap siswa. Terakhir guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum semua penjelasan guru tadi untuk dikumpulkan sebagai post test bagi siswa.
Pelaksanaan Peer Teaching
Metode peer teaching dilaksanakan di luar jadwal kuliah. siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing beranggotakan 9-10 siswa yang dipandu oleh seorang volunteers teacher.
Materi dalam peer teaching ini terdiri atas materi kebidangan dan materi problem based learning.
Materi kebidangan bertujuan menjabarkan silabi statistika dengan memberikan contoh-contoh kasus ekonomi dan perbankan.
Dengan demikian mahsiswa menjadi paham ruang lingkup statistika. Materi problem based learning, bertujuan untuk menghidupkan berbasis pada "student centerred learning" untuk mem "back up" materi perkuliahan.
Dengan demikian wawasan statistika tidak hanya dipahami secara teoritis saja mela in kan secara nyata melalui studi kasus di lapangan.
Materi khusus terdiri dari membuat makalah mengenai data-data ekonomi dan perbankan.
Ada pola ajar yang mungkin tepat bagi guru untuk menyampaikan materi ajarnya. Yaitu tukar pendapat atau brain storming dimana materi yang disampaikan hanya sebatas materi pokok, selanjutnya diberikan waktu bagi siswa untuk memberikan tanggapan atau respon materi tadi, lalu guru memberikan jawaban atas respon tadi dengan menyelipkan indicator yang ingin disampaikan.
Metode Peer Teaching ini diberikan sebagai berikut :
Pada akhir suatu bagian, misalnya akhir suatu bab, siswa diberikan latihan yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya. Latihan ini harus dikerjakan oleh siswa diluar jadwal. Materi pada latihan tersebut merupakan pertanyaan yang terstruktur dari prosedur yang mudah sampai prosedur yang bersifat konseptual. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memfasilitasi pembelajaran dan tidak berhubungan dengan nilai. siswa bebas untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan latihan tersebut. siswa yang dapat menyelesaikan latihan tersebut dan merasa percaya diri untuk menerangkan kepada temannya dijadikan volunteers teacher.
Guru kemudian mengadakan prepatory meeting dengan tujuan untuk menyusun tim pengajar (teaching teams) yang terdiri dari siswa yang bersedia untuk menjadi volunteers teachers kemudian mendiskusikan semua pertanyaan yang timbul dari latihan yang telah mereka kerjakan sebelumnya.
Setelah semua pertanyaan didiskusikan, siswa dari teaching teams masing-masing membentuk suatu kelompok dari diluar teaching teams untuk dijadikan "peer".
Siswa dari teaching teams bertindak sebagai instruktur kepada anggotanya untuk menerangkan latihan yang telah diberikan sebelumnya (peer-teaching).
Partisipasi student-students ataupun teacher-student merupakan kegiatan yang bersifat optional dan tidak berhubungan dengan nilai siswa. Penilaian disini berasal dari individual assignment ataupun dari hasil ujian.
Esensi dari aktivitas ini adalah untuk mencari tempat dan waktu yang tepat baik untuk prepatory meeting ataupun peer teaching. Namun kuncinya adalah jika siswa yang dijadikan volunteers teachers telah menyelesaikan latihan yang diberikan, maka prepatory meeting tersebut dilakukan dengan efektif tanpa membuang waktu.
Keuntungan untuk siswa yang berperan sebagai siswa adalah remoteness yang menyebabkan siswa enggan untuk bertanya pada kelas reguler dapat diminimalisir. Bukan hanya karena adanya jumlah anggota kelompok yang sedikit, adanya kesamaan usia dan gaya diantara peers membuat para anggota kelompok nyaman untuk bertanya mengenai materi yang ada sehingga memudahkan pembelajaran.
Sedangkan untuk siswa yang berperan sebagai teacher adanya metode ini akan semakin meningkatkan pemahaman siswa tersebut akan materi yang ada. Selain itu dengan adanya kompetisi antara kelompok mendorong siswa yang berperan sebagai pengajar akan meningkatkan kualitas kelompoknya.
Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama sama (Alipandie, 1984:105). Menurut N.Sudirman (1987:146) model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan. Selain itu Zoler (Sutaji, 2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan pertanyaan yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang menerapkan model pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006: 103) bahwa, Model pembelajaran problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Hidayati (2008), berpendapat bahwa model pembelajaran Problem Solving (metode pemecahan masalah) didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan, bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Tetapi, mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa - peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Model Pembelajaran Problem Solving merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama.sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. (Hamdani, 2011:84).
Crow dan Crow (Hamdani, 2011:84) menyatakan model pembelajaran pemecahan masalah / Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan, Arends (Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam |kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Dengan demikian model pembelajaran problem solving adalah metode pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa |untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.
Kelebihan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut :
Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
Berpikir dan bertindak kreatif.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia kerja
Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
Mendidik siswa percaya diri sendiri.
Kelemahan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut :
Memerlukan cukup banyak waktu.
Melibatkan lebih banyak orang.
Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut :
I can (Saya mampu/ bisa): tahap membangkitkan motivasi dan membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.
Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.
Explore (Mengeksplorasi): merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.
Plan (Merencanakan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk menganalisis masalah dan menggunakan flowchart untuk menggambarkan permasalahan yang dihadapi.
Do it (Mengerjakan): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah.
Check (Mengoreksi kembali): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
Generalize (Generalisasi): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Langkah-langkah/ Sintak Model Pembelajaran Problem Solving (Dewey dalam W. Gulo, 2002:115).
Sintak model pembelajaran problem solving terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai berikut :
Merumuskan masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah: mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.
Menelaah masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
Merumuskan hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
Pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
Menentukan Pilihan Penyelesaian.
Kemampuan yang diperlukan adalah: kecakapan membuat alternatif penyelesaian, kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002: 117):
Mendifinisikan Masalah
Mendiagnosis masalah
Merumuskan Altenatif Strategi
Menentukan dan menerapkan Strategi
Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
Istilah proyek diambil dari manual arts (pekerjaan tangan), di mana siswa harus menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu yang disebut proyek dimaksud "any wholehearted" "lifelike" "activity" apakah itu membuat sandiwara, mengadakan karyawisata atau menikmati hasil-hasil kesenian.
Yang pokok dalam metode proyek ialah "the active purpose of the learner". Siswa itu sendiri harus menerima proyek itu dan melaksanakannya. Kalau siswa sedang membuat jembatan atas perintah guru, itu bukan suatu proyek. Sebaliknya jika siswa membaca buku didorong oleh keinginan mencari atau memahami sesuatu, itu termasuk proyek.
Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997: 70) mengemukakan bahwa metode proyek (unit) ada lah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah.
Sedangkan menurut Roestiyah (1994: 81) metode proyek berarti rencana, suatu problem atau kesulitan, dan bentuk pengajaran dimana murid mengelola sendiri.
Kelebihan metode proyek :
Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehar-hari
Pengetahuan yang diperoleh fungsional.
Anak-anak belajar bersungguh-sungguh dalam bekerja bersama.
Anak-anak bertanggung jawab penuh pada pekerjaannya
Kekurangan Metode Proyek :
Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.
Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
Menurut Ahmadi (1997) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode proyek sebagai berikut :
Penyelidikan (exploration)
Guru mengajukan pertanyaan lisan, memberi keterangan singkat serta mengetes para pelajar mengenai pengetahuan mereka tentang mata pelajaran yang akan dipelajari.
Penyajian bahan baru (presentation)
Dengan metode ceramah, guru memberikan garis besar tentang bahan pelajaran.
Asimilasi/pengumpulan keterangan atau data
Para pelajar mencari informasi, keterangan atau fakta-fakta untuk mengisi pokok-pokok yang penting. Dalam langkah ini pelajar mencari data dari sumber-sumber unit (resource unit = sumber yang berisi berita, fakta, informasi dan sebagainya tentang unit yang sedang dipelajari).
Mengorganisasikan data (organization)
Dalam langkah ini, pelajar dibawah pimpinan guru aktif mengorganisasikan data, fakta dan informasi, missal menggolongkan data, mengolah data untuk mengambil kesimpulan. Daya berpikir dan daya menganalisis memainkan peran penting dalam langkah ini.
Mengungkapkan kembali (recitation)
Para pelajar mempertanggungjawabkan atau menyajikan hasil yang diperolehnya. Laporan pertanggungjawaban ini dapat dilakukan dengan lisan maupun tertulis atau keduanya.
Metode ini memantapkan pengetahuan yang diperoleh anak didik. Menyalurkan minat dan melatih anak didik menelaah suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas
Kapan Diimplementasikan?
Penerapan metode proyek dalam pembelajaran tetap dikolaborasikan dengan metode pembelajaran yang lain mengingat pelaksanaan metode proyek membutuhkan waktu yang cukup lama. Proyek dan penyelidikan dapat melibatkan siswa secara individual atau kelompok kecil 2 sampai 4 siswa bekerja sama. Tugas-tugas seharusnya membutuhkan waktu 2-3 munggu. Proyek yang bersifat lebih substansial dapat memakan waktu 1-2 bulan. Akan tetapi waktu ideal untuk suatu proyek adalah 4-5 minggu.
Siswa dapat dilibatkan dalam proyek dan penyelidikan sepanjang pelajaran. Dalam memberikan suatu proyek, mulailah dari tugas-tugas yang sederhana, dan secara berangsur ke tugas yang lebih rumit.
Bagaimana Mengevaluasi Proyek?
Proyek dapat dievaluasi secara holistik maupun analisis. Penilaian holistik diberikan berdasarkan kepada proyek secara keseluruhan. Sebagai contoh guru dapat membaca dan mengevaluasi sampel proyek untuk menentukan rentang kinerja, mungkin 3-5 kategori dapat dibuat.
Penilaian analisis memerlukan pemecahan proyek menjadi beberapa komponen. Sebagai contoh berikut ini adalah beberapa komponen proyek untuk keperluan penilaian.
Komponen Nilai Poin
Deskripsi masalah 10
Metode penilaian 10
Tahapan proyek/rekaman kerja 20
Data 20
Kesimpulan 20
Laporan proyek 20
Jumlah 100 poin
Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan kondisi psikologis siswa, maka dapat membantu siswa untuk menggunakan waktunya seefisien mungkin, sehingga siswa mudah memahami pelajaran matematika.
Salah satu metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan pendekatan metode proyek.
Menurut J. Mursell (Sugimal, 2006: 13) metode proyek mempunyai empat aspek dalam pelaksanaannya :
Menentukan tujuan.
Merencanakan.
Melaksanakan.
Menilai.
Keempat aspek itu terdapat dalam kegiatan siswa guna mencapai tujuannya. Siswa dapat memilih proyek sebagai bagian dari persyaratan-persyaratan atau sebagai pekerjaan pengayaan dalam suatu pelajaran.
Metode pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa bisa kelompok maupun perorangan agar dilatih dan mengerjakan suatu proses atau percobaan. Biasanya dikerjakan lebih dari satu kali dengan memakai peralatan dan tempat yang khusus, Contohnya melakukan eksperimen di laboratorium.
Untuk mengerjakan metode percobaan, siswa mengerjakan suatu hal, mengamati prosesnya dan selanjutnya mencatat hasil percobaan tersebut. Nantinya Hasilnya itu akan dipresentasikan di depan kelas dan dinilai langsung oleh para guru.
Kelebihan Metode Percobaan :
Siswa atau murid menjadi lebih percaya terhadap kesimpulan dan kebenaran karena seluruh hasilnya didasarkan pada percobaan yang mereka lakukan sendiri, bukan dari buku atau guru saja.
Anak didik memiliki kesempatan agar melaksanakan pengembangan sikap dalam mengeksplorasi berkaitan tentang ilmu dan teknologi.
Diharapkan dari metode ini akan terdidik insan yang mampu menghasilkan terobosan dengan berbagai macam penemuan baru untuk kepentingan umat manusia.
Kekurangan Metode Percobaan :
Kadang-kadang peralatan yang digunakan tidak memadai bagi masing masing anak didik, jadi akan ada sebagian murid yang tidak memiliki kesempatan melakukan percobaan.
Jika eksperimen memerlukan banyak waktu, anak didik mesti melanjutkan materi.
Cuma cocok untuk bidang ilmu tertentu seperti sains dan teknologi.
Terlebih dulu pendidik Guru menjelaskan tujuan dari eksperimen dan selanjutnya beberapa prosedur dalam melaksanakan percobaan atau eksperimen yaitu :
Guru menjelaskan kepada para siswa terkait peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan;
Guru mesti mengawasi aktifitas anak didik disertai memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kegiatan eksperimen;
Sesudah eksperimen habis dikerjakan, guru mengumpulkan hasil eksperimen siswa, membahasnya di dalam kelas lalu selanjutnya diadakan evaluasi melalui tes dan tanya jawab.
Langkah-langkah dalam Percobaan
Di awal Percobaan, peragaan yang dilakukan pertama kali oleh guru atau dapat pula melalui pengamatan terhadap fenomena alam;
Pengamatan, kerjakan oleh para siswa disaat guru mengerjakan eksperimen. Dengan begitu peserta didik diharapkan bisa mengerti dan paham terhadap peristiwa/eksperimen tadi;
Awal Hipotesis, para murid membuat kesimpulan dan juga didasarkan atas hasil eksplorasinya;
Verifikasi, di langkah ini para murid dituntun untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis awal dengan diskusi kelompok;
Penerapan konsep, apabila para murid telah dapat menyusun dan mendapatkan konsep, kemudian hasilnya diterapkan melalui kegiatan setiap hari (seandainya mampu) untuk pemantapan;
Evaluasi, akhir kegiatan sesudah rampungnya suatu konsep.
Hal-hal yang wajib diperhatikan supaya metode ini dapat terlaksana secara efektif dan efisien yaitu :
Jumlah peralatan, bahan dan materi percobaan mesti memadai bagi masing-masing para siswa;
Mutu dari bahan percobaan pastikan higienis dan baik dan supaya percobaan tak berakhir gagal dan tidak membahayakan untuk para murid;
Diperlukan banyak waktu untuk melihat dan meneliti percobaan untuk membuktikan teori yang masih dibahas, sehingga pantau terus masing masing murid agar teliti dan berkonsentrasi dalam proses tersebut;
Kasih petunjuk yang gamblang dan jelas karena mereka masih di tahapan proses mendapatkan ilmu, pengalaman dan keterampilan, disertai kematangan jiwa dan sikap;
Tidak seluruh dari masing masing masalah bisa dijadikan percobaan, misalnya masalah berkaitan kejiwaan, ha-hal sosial, dan keyakinan seseorang.
Tujuan pelaksanaan metode percobaan adalah :
Siswa secara sendiri dapat mencari dan menemukan solusi atau persoalan yang dihadapi mereka melakukan melakukan percobaan;
Siswa dilatih agar terbiasa berfikir secara kritis dan juga ilmiah;
Siswa dapat mengerti konsep suatu materi yang dibahas.
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi.
Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.
Bertanya merupakan strategi atau metode utama lainnya konstruktivisme untuk mengukur sejauh mana siswa dapat mengenali konsep pelajaran yang akan dipelajari. Bertanya dalam sebuah pembelajaran, dipandang perlu untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
Keunggulan Metode Tanya Jawab :
Suasana kelas lebih hidup karena murid murid berfikir aktif;
Sangat positif untuk melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat secara lisan dan teratur;
Murid yang biasanya malas memperhatikan menjadi lebih berhati hati dan sungguh sungguh mengikuti pelajaran;
Walaupun pelajaran berjalan agak lambat tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman murid.
Kelemahan Metode Tanya Jawab :
Terjadi perbedaan pendapat atau jawaban makan akan terjadi perdebatan sengit sehingga memakan waktu banyak untuk menyelesaikan, terkadang murid mengalahkan pendapat guru;
Kemungkinan muncul penyimpangan dari pokok persoalan;
Memakan waktu yang lama untuk merangkum bahan pelajaran.
Bertanya dilakukan untuk ha-hal sebagai berikut :
Menggali informasi,baik administrasi maupun akademis;
Mengecek pemahaman siswa;
Membangkitkan respon kepada siswa;
Mengetahui sejauh mana keinginan siswa;
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan guru;
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
Mengetahui hal hal yang sudah diketahui siswa;
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Penggunaan metode tanya jawab bisa dianggap sebagai metode yang tepat, jika penggunaannya dipergunakan untuk :
Merangsang agar perhatian anak terarah pada suatu bahan pelajaran yang sedang dibicarakan;
Mengarahkan proses berfikir dan pengamatan anak didik.
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran berbasis proyek/ tugas (project-based/task learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).
Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau proyek yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di samping itu, penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek/ tugas ini mendorong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut :
Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbasis Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Increased resource - management skill
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek dan Tugas ini yaitu :
Kebanyakan permasalahan "dunia nyata" yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah;
Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah;
Memerlukan biaya yang cukup banyak;
Banyak peralatan yang harus disediakan.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek dan Tugas
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3 Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.